Hubungan yang awalnya penuh kata-kata romantis, berubah menjadi penuh kebencian. Si “aku” yang juga sangat manis dan selalu memuji kekasihnya berubah menjadi seseorang yang penuh kata-kata yang kasar.
“Kau bukan orang yang layak diperjuangkan sepenuh hati” atau “Waktu akan mengutukmu, hingga tak ada satu hal pun yang menjadi bahagia yang bersedia mengetuk dadamu”.
Penggalan kalimat tersebut keluar dari mulut si “aku” yang semula sangat manis kepada kekasihnya. Namun, pengkhianatan merubah segalanya.
Penulis menyajikan cerita sangat apik. Pembaca pun akan dibawa ikut merasakan kesedihan yang dirasakan si “aku”.
Si “aku” ini pun berjuang untuk menyembuhkan luka akibat perpisahan tersebut. Akhirnya, ia pun berhasil bangkit setelah menemukan cinta yang baru.(*)